Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem gastrointestinal "kolitis ulseratif"



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita. Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-orang keturunan Yahudi. Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Kolitis Ulseratif ?
2.      Apa etiologi dari Kolitis Ulseratif ?
3.      Bagaimana patafosiologi Kolitis Ulseratif ?
4.      Apa saja manifestasi klinis dari Kolitis Ulseratif ?
5.      Apa saja komplikasi yang menyertai Kolitis Ulseratif ?
6.      Pemeriksaan penunjang dari Kolitis Ulseratif ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan Kolitis Ulseratif ?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Yaitu agar Mahasiswa/i dapat memahami “Kolitis Ulseratif”
2.      Tujuan Khusus
Yaitu agar Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang:
a.       Definisi Kolitis Ulseratif
b.      Etiologi Kolitis Ulseratif
c.       Patofisiologi Kolitis Ulseratif
d.      Manifestasi Klinis Kolitis Ulseratif
e.       Komplikasi Kolitis Ulseratif
f.       Pemeriksaan penunjang Kolitis Ulseratif
g.      Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif

D.    Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah metode narasi yang dilakukan dengan cara studi ke perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku sumber catatan kuliah dan makalah yang berhubungan dengan judul makalah ilmiah yang dibahas, dan melakukan searching materi melalui internet

E.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ilmiah tentang materi Kolitis Ulseratif ini terdiri dari 4 BAB, masing-masing BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu:
1.      BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari:
a.       Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan
1)      Tujuan Umum
2)      Tujuan Khusus
d.      Metode Penulisan
e.       Sistematika Penulisan
f.       Manfaat
2.      BAB II Tinjauan Teori, yang terdiri dari:
a.       Definisi
b.      Etiologi
c.       Patofisiologi
d.      Manifestasi klinis
e.       Komplikasi
f.       Pemeriksaan penunjang
g.      Penatalaksanaan
3.    BAB III Konsep Asuhan Keperawatan, yang terdiri dari:
a.       Pengkajian
b.      Diagnosa Keperawatan
c.       Intervensi
d.      Implementasi
e.       Evaluasi
4.    BAB IV Penutup, yang terdiri dari:
a.       Kesimpulan
b.      Saran

F.     Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami kolitis ulseratif lebih mendalam terlebih metode asuhan keperawatan pada pasien dengan kolitis ulseratif


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi
Kolitis Ulseratif adalah peyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum.(Keperawatan Medikal Bedah)
Kolitis Ulseratif merupakan penyakit peradangan pada kolon non spesifik yang umumny berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti. (Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Vol 1.)
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan submukosa kolon. (Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. 2009)
Kolitis Ulseratif adalah merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan perluasaan dari rektum. (Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1990.)
Kolitis Ulseratif mempengaruhi mukosa superficial kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epithelium kolonik. Awitan puncak penyakit ini adalah antara usia 15 sampai 40 tahun, dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyak. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhinya usus menyempit, memendek, dan menebal akibat hiperatrofi muskuler dan deposit lemak.
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica Ester,2002).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif merupakan penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami inflamasi. Ini merupakan pemicu dari munculnya tukak-tukak pada dinding usus besar sehingga menyebabkan keluarnya tinja yang disertai darah.

B.     Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya Kolitis Ulseratif yaitu :
1.      Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena terdapat hubungan familial yang jelas antara colitis ulseratif, enteritis regional dan spondilitis ankilosa.
2.      Lingkungan seperti pestisida, adiktif makanan, tembakau, dan radiasi.
3.      Imunologi. Penelitian menunjukkan abnormalitas dalam imunitas seluler dan humoral pada orang dengan gangguan ini.
4.      Mikobakterium.
5.      Alergi.
6.      Diet.

C.    Patofisiologi
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal, namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversible
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. (Harrison, 2000, hal 161)

D.    Manifestasi Klinis
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah  berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami :
1.      Anemia
2.      Fatigue/ kelelahan
3.      Berat badan menurun
4.      Hilangnya nafsu makan
5.      Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6.      Lesi kulit (eritoma nodusum)
7.      Lesi mata (uveitis)
8.      Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
9.      Terdapat darah dan nanah dalam tinja
10.  Perdarahan rektum
11.  Kram perut
12.  Sakit pada persendian
13.  Anoreksia
14.  Dorongan untuk defekasi
15.  Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

E.     Komplikasi
1.      Megakolon toksik
2.      Perforasi
3.      Hemoragi
4.      Neoplasma malignan
5.      Pielonefritis
6.      Nefrolitiasis
7.      Kalanglokarsinoma
8.      Artritis
9.      Retinitis, iriti
10.  Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Gambaran Radiologi
a.       Foto polos abdomen
b.      Barium enema
c.       Ultrasonografi ( USG )
d.      CT-scan dan MRI
2.      Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )

G.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
a.       Terapi Obat – obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
b.      Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi, hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
b.      Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Identitas klien, meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, status, dan alamat
2.      Alasan masuk
Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal. Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah BAB. Diare biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses cair  10 – 20 kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat penyakit sekarang
Kondisi ringan karena kolitis ulseratif adalah penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah pendarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi kolitis ulseratif berat terjadi pada sekitar  10 % dari pasien, didapat keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan kolitis yang  parah dapat mengalami komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah,  megakolon toksik atau perforasi usus.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan kondisi kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik , seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.

c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematiannya juga ditanyakan.
4.      Pengkajian Psikososial
Akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.
5.      Pemeriksaan Fisik
Bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat keparahan penyakit. Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai manifestasi klinik yang muncul pada Kolitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan diare . suhu badan pasien akan naik  ≥38,50 C dan terjadi takikardi. Pengkajian berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan dapat  menimbulkan status nutrisi.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :
a.       Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme kompensaai asidosis dalam kasus dehidrasi parah.
b.      Takikardia dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit >3 detik menandakan gejala dehidrasi.
c.       Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi ke otak. Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan erythematous yang menyakitkan mata.
d.      Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.
e.        Inspeksi : kram abdomen, Perut didapatkan kembung. Pada kondisi kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
f.       Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba menunjukkan abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis
g.      Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
h.      Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus obstruksi.
i.        Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian energy setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi setiap sendi dapat terlibat. Pada integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia, penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat pada permukaan ekstensor.

B.     Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1.      Diare b.d proses inflamasi
2.      Nyeri abdomen b.d peningkatan peristatltik dan inflamasi
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, b.d pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi
4.      Intoleransi aktifitas b.d keletihan

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Diare b.d proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
a.       Turgor kulit kembali normal
b.      Input dan output seimbang
c.       Membran mukosa lembab



Intervensi
Rasional
Awasi masukan dan keluaran, karakter dan jumlah fases, perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
Kaji tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi. Pernapasan,dan suhu)
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan efek kehilangan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat
Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring: hindari kerja
Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral (infus)
Cairan parenteral membantu mengganti cairan elektrolit untuk memperbaiki kehilangan cairan.
Pemberian obat anti diare
Menurunkan kehilangan cairan dari usus

2.      Nyeri abdomen b.d peningkatan peristaltik dan inflamasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri klien berkurang atau teratasi
Kriteria hasil :
a.       Klien tampak rileks
b.      Klien tidak mengeluh nyeri lagi
Intervensi
Rasional
Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi dan tindakan penghilang yang digunakan.
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan keefektifan intervensi.
Berikan pilihan tindakan nyaman : dorong teknik relaksasi, distraksi, aktifitas hiburan
Meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian, dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
Pemberian obat analgetik
Dapat membantu mengurangi nyeri


3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, b.d pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam asupan nutrisi adekuat
Kriteria hasil:
a.       Berat badan meningkat
b.      Pola eliminasi kembali normal
Intervensi
Rasional
Timbang berat badan tiap hari.
Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
Anjurkan istirahat sebelum makan.
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
Berikan kebersihan oral.
Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misalnya produk susu).
Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau kehilangan nutrisi.
Kolaborasi dengan tim gizi, untuk Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya cairan jernih maju menjadi makanan yang dihancurkan. Kemudian protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat sesuai indikasi.
Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan
-     Berikan obat sesuai dengan indikasi.

Membantu dalam mengatasi masalah malabsorpsi nutrisi.
Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi
Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting






4.      Intoleransi aktifitas b.d keletihan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu kembali beraktifitas
Kriteria hasil : klien dapat beraktifitas kembali

Intervensi
Rasional
Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat pasien lakukan
Dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Memberi motivasi

Motivasi akan memberi dorongan pasien untuk dapat melakukan aktivitas kembali
Lakukan latihan gerakan pada pasien
Mengembalikan kemampuan gerak pasien.

D.    Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan berdasar pada intervensi keperawatan dan sesuai respon pasien/klien

E.     Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan:
1.      Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
2.      Nyeri pasien berkurang atau teratasi
3.      Asupan nutrisi adekuat
4.      Pasien mampu kembali beraktifitas


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kolitis Ulseratif adalah peyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum.(Keperawatan Medikal Bedah)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006)
Penatalaksanaan pada pasien dengan kolitis ulseratif adalah dengan terapi farmakologis seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan.

B.     Saran
Sebagai perawat kita harus mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif. Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kolitis ulseratif.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.

Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.

Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Muttaqim, Arif & Kumala Sari. 2012. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.



Komentar

  1. Kakak saya alhamdulillah sudah sembuh dari penyakit ini... Kemaren berobat ke dr yusuf cuman di suruh diet jaga pola makan nya dan di beri obat saja oleh beliau alhamdulillah 3x resep sudah sembuh... Obat nya racikan sih... Ada banyak dan harga nya lumayan... Tapi demi mencari kesembuhan ya mau tidak mau, karna selama ini berobat ke rumah sakit gak ada hasil nya... Untung ada saudara yang nyarani untuk berobat dengan beliau. Jadi buat saudara yang lagi mencari kesembuhan coba hubungi dr yusuf nya...
    Ini No nya 0853-6167-5232

    BalasHapus
  2. Kakak saya alhamdulillah sudah sembuh dari penyakit ini... Kemaren berobat ke dr yusuf cuman di suruh diet jaga pola makan nya dan di beri obat saja oleh beliau alhamdulillah 3x resep sudah sembuh... Obat nya racikan sih... Ada banyak dan harga nya lumayan... Tapi demi mencari kesembuhan ya mau tidak mau, karna selama ini berobat ke rumah sakit gak ada hasil nya... Untung ada saudara yang nyarani untuk berobat dengan beliau. Jadi buat saudara yang lagi mencari kesembuhan coba hubungi dr yusuf nya...
    Ini No nya 0853-6167-5232

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lobus Otak dan Fungsinya

GANGGUAN SISTEM KARDIO DAN HEMATOLOGI