Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem gastrointestinal "kolitis ulseratif"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gangguan
sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah
satu gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya
berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti.
Nyeri abdomen, diare, perdarahan rektum merupakan gejala dan tanda yang
terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul
pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi mukosa. Puncak
penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
Insiden yang
lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan
orang-orang keturunan Yahudi. Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk
setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi.
Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif
tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit
ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan (Sylvia
A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Kolitis Ulseratif ?
2.
Apa etiologi dari Kolitis Ulseratif ?
3.
Bagaimana patafosiologi Kolitis Ulseratif ?
4.
Apa saja manifestasi klinis dari Kolitis Ulseratif ?
5.
Apa saja komplikasi yang menyertai Kolitis Ulseratif ?
6.
Pemeriksaan penunjang dari Kolitis Ulseratif ?
7.
Bagaimana penatalaksanaan Kolitis Ulseratif ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Yaitu agar Mahasiswa/i dapat memahami “Kolitis
Ulseratif”
2.
Tujuan Khusus
Yaitu agar Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami
tentang:
a.
Definisi Kolitis Ulseratif
b.
Etiologi Kolitis Ulseratif
c.
Patofisiologi Kolitis Ulseratif
d.
Manifestasi Klinis Kolitis Ulseratif
e.
Komplikasi Kolitis Ulseratif
f.
Pemeriksaan penunjang Kolitis Ulseratif
g.
Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif
D.
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini
adalah metode narasi yang dilakukan dengan cara studi ke perpustakaan yaitu
dengan mempelajari buku sumber catatan kuliah dan makalah yang berhubungan
dengan judul makalah ilmiah yang dibahas, dan melakukan searching materi melalui
internet
E.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan makalah ilmiah
tentang materi Kolitis Ulseratif ini terdiri dari 4 BAB, masing-masing BAB
terdiri dari sub-sub bahasan yaitu:
1.
BAB I
Pendahuluan, yang terdiri dari:
a.
Latar
Belakang
b.
Rumusan
Masalah
c.
Tujuan
1)
Tujuan Umum
2)
Tujuan
Khusus
d.
Metode
Penulisan
e.
Sistematika
Penulisan
f.
Manfaat
2.
BAB II
Tinjauan Teori, yang terdiri dari:
a.
Definisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi
d.
Manifestasi
klinis
e.
Komplikasi
f.
Pemeriksaan penunjang
g.
Penatalaksanaan
3.
BAB III Konsep
Asuhan Keperawatan, yang terdiri dari:
a.
Pengkajian
b.
Diagnosa
Keperawatan
c.
Intervensi
d.
Implementasi
e.
Evaluasi
4.
BAB IV Penutup, yang terdiri dari:
a.
Kesimpulan
b.
Saran
F.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat
mengetahui dan memahami kolitis ulseratif lebih mendalam terlebih metode asuhan
keperawatan pada pasien dengan kolitis ulseratif
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Kolitis
Ulseratif adalah peyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rectum.(Keperawatan Medikal Bedah)
Kolitis
Ulseratif merupakan penyakit peradangan pada kolon non spesifik yang umumny
berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti.
(Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Vol 1.)
Kolitis
Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan
submukosa kolon. (Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. 2009)
Kolitis
Ulseratif adalah merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang
merupakan perluasaan dari rektum. (Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1990.)
Kolitis
Ulseratif mempengaruhi mukosa superficial kolon dan dikarakteristikkan dengan
adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan
epithelium kolonik. Awitan puncak penyakit ini adalah antara usia 15 sampai 40
tahun, dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyak. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiliran,
satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan
akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhinya usus menyempit, memendek, dan
menebal akibat hiperatrofi muskuler dan deposit lemak.
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002).
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price
& Lorraine M. Wilson, 2006)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica Ester,2002).
Dari
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif merupakan penyakit
kronis dimana usus besar atau kolon mengalami inflamasi. Ini merupakan pemicu
dari munculnya tukak-tukak pada dinding usus besar sehingga menyebabkan
keluarnya tinja yang disertai darah.
B.
Etiologi
Beberapa
faktor penyebab terjadinya Kolitis Ulseratif yaitu :
1.
Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi
karena terdapat hubungan familial yang jelas antara colitis ulseratif,
enteritis regional dan spondilitis ankilosa.
2.
Lingkungan seperti pestisida, adiktif makanan,
tembakau, dan radiasi.
3.
Imunologi. Penelitian menunjukkan abnormalitas dalam
imunitas seluler dan humoral pada orang dengan gangguan ini.
4.
Mikobakterium.
5.
Alergi.
6.
Diet.
C.
Patofisiologi
Kolitis
ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa
kolon dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai
50 tahun.
Perdarahan
terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai
pada rektum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit,
memendek, dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon,
yang merupakan perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar
kebagian kolon yang lain dengan gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai.
Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal, namun pada keadaan yang berat
kelainan dapat terjadi pada
ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan
sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal,
pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada kolon distal dan rektum.
Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat
stenosis yang reversible
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan
abses pada kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang
menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul
edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat sehingga
terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan pada
permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus
dinding kriptus dan menyebar dalam
lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa
kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula-
mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan
mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak
kehilangan jaringan, protein dan darah. (Harrison, 2000, hal 161)
D.
Manifestasi
Klinis
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis
ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami :
1.
Anemia
2.
Fatigue/
kelelahan
3.
Berat badan
menurun
4.
Hilangnya
nafsu makan
5.
Hilangnya
cairan tubuh dan nutrisi
6.
Lesi kulit
(eritoma nodusum)
7.
Lesi mata
(uveitis)
8.
Buang air
besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
9.
Terdapat
darah dan nanah dalam tinja
10. Perdarahan rektum
11. Kram perut
12. Sakit pada persendian
13. Anoreksia
14. Dorongan untuk defekasi
15. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
E.
Komplikasi
1.
Megakolon
toksik
2.
Perforasi
3.
Hemoragi
4.
Neoplasma
malignan
5.
Pielonefritis
6.
Nefrolitiasis
7.
Kalanglokarsinoma
8.
Artritis
9.
Retinitis,
iriti
10. Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Gambaran
Radiologi
a.
Foto polos
abdomen
b.
Barium enema
c.
Ultrasonografi
( USG )
d.
CT-scan dan
MRI
2.
Pemeriksaan
Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )
G.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
a.
Terapi Obat – obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan
antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai minimum
untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai
frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau
sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani inflamasi ringan dan
sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi
purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam
mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
b.
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis
ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi,
intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi, hemoragi,
obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz
& Linda sowden. 2007, hal 323-324)
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi
kalori, dan terapi suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui
kebutuhan nutrisi. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan
dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan
kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu
dapat menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu
makanan dingin dan merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat
meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi parenteral total dapat diberikan. (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
b.
Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan
stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka. (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1108).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas klien, meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, status, dan alamat
2.
Alasan masuk
Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal.
Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran
periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin
sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah BAB. Diare biasanye disertai
darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses cair 10 – 20 kali sehari. Pasien juga mengeluh
saat BAB seperti ada yang menghalangi.
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat penyakit sekarang
Kondisi ringan karena kolitis ulseratif adalah
penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah
pendarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi kolitis ulseratif berat
terjadi pada sekitar 10 % dari pasien,
didapat keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh, mual,
muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan
kolitis yang parah dapat mengalami
komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah, megakolon toksik atau perforasi usus.
b.
Riwayat penyakit dahulu
Penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetic,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik , seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka
penyebab kematiannya juga ditanyakan.
4.
Pengkajian Psikososial
Akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri
abdomen dan rencana pembedahan serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.
5.
Pemeriksaan Fisik
Bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan
tingkat keparahan penyakit. Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai
manifestasi klinik yang muncul pada Kolitis ulseratif berat survey umum pasien
terlihat lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan
diare . suhu badan pasien akan naik
≥38,50 C dan terjadi takikardi. Pengkajian berat badan yang
disesuaikan dengan tinggi badan dapat
menimbulkan status nutrisi.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :
a.
Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai
mekanisme kompensaai asidosis dalam kasus dehidrasi parah.
b.
Takikardia dapat mewakili anemia atau hipopolemia.
Turgor kulit >3 detik menandakan gejala dehidrasi.
c.
Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan
penurunan perfusi ke otak. Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan
erythematous yang menyakitkan mata.
d.
Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.
e.
Inspeksi :
kram abdomen, Perut didapatkan kembung. Pada kondisi kronis, status nutrisi
bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien
terlihat kronis.
f.
Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness),
menunjukkan penyakit parah dan kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi
pada kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba menunjukkan abstruksi atau
megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal dari
hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis
g.
Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya
flatulen.
h.
Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau
hipoaktif. Nada gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus
obstruksi.
i.
Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan
pemakaian energy setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah
gejala umum yang ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar seperti
lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering
terlibat, tetapi setiap sendi dapat terlibat. Pada integumen, kulit pucat
mungkin mengungkapkan anemia, penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi,
eritema nodosum dapat terlihat pada permukaan ekstensor.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth,
2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
kolitis ulseratif :
1. Diare b.d
proses inflamasi
2. Nyeri
abdomen b.d peningkatan peristatltik dan inflamasi
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, b.d pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi
4. Intoleransi
aktifitas b.d keletihan
C.
Intervensi
Keperawatan
1. Diare b.d
proses inflamasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria
hasil :
a.
Turgor kulit kembali normal
b.
Input dan output seimbang
c.
Membran mukosa lembab
Intervensi
|
Rasional
|
Awasi masukan dan keluaran, karakter dan jumlah
fases, perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat
|
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
|
Kaji tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi.
Pernapasan,dan suhu)
|
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukan respon
terhadap dan efek kehilangan cairan.
|
Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor
kulit, pengisian kapiler lambat
|
Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi
|
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring: hindari kerja
|
Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan dan untuk menurunkan kehilangan
cairan usus.
|
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral (infus)
|
Cairan parenteral membantu mengganti cairan elektrolit untuk memperbaiki
kehilangan cairan.
|
Pemberian obat anti diare
|
Menurunkan kehilangan cairan
dari usus
|
2. Nyeri
abdomen b.d peningkatan peristaltik dan inflamasi
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri klien berkurang atau teratasi
Kriteria
hasil :
a.
Klien tampak rileks
b.
Klien tidak mengeluh nyeri lagi
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi
tingkat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi dan tindakan penghilang yang
digunakan.
|
Informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan keefektifan intervensi.
|
Berikan pilihan tindakan nyaman : dorong teknik
relaksasi, distraksi, aktifitas hiburan
|
Meningkatkan
relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian, dapat
meningkatkan koping
|
Kolaborasi
Pemberian
obat analgetik
|
Dapat
membantu mengurangi nyeri
|
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, b.d pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam asupan nutrisi adekuat
Kriteria
hasil:
a.
Berat badan meningkat
b.
Pola eliminasi kembali normal
Intervensi
|
Rasional
|
Timbang berat badan tiap hari.
|
Memberikan informasi tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
|
Anjurkan istirahat sebelum makan.
|
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan
energi untuk makan.
|
Berikan kebersihan oral.
|
Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
|
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misalnya
produk susu).
|
Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
|
Kolaborasi:
Pertahankan puasa
sesuai indikasi.
|
Istirahat usus
menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau
kehilangan nutrisi.
|
Kolaborasi dengan tim gizi, untuk Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya
cairan jernih maju menjadi makanan yang dihancurkan. Kemudian protein tinggi,
tinggi kalori dan rendah serat sesuai indikasi.
|
Memungkinkan saluran
usus untuk mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk
penyembuhan integritas jaringan
|
- Berikan obat sesuai
dengan indikasi.
|
Membantu dalam mengatasi masalah malabsorpsi nutrisi.
|
Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi
|
Program ini
mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting
|
4. Intoleransi
aktifitas b.d keletihan
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu kembali
beraktifitas
Kriteria hasil
: klien dapat beraktifitas kembali
Intervensi
|
Rasional
|
Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat pasien lakukan
|
Dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
|
Memberi motivasi
|
Motivasi akan memberi dorongan pasien untuk dapat melakukan aktivitas
kembali
|
Lakukan latihan gerakan pada pasien
|
Mengembalikan kemampuan gerak pasien.
|
D.
Implementasi
Implementasi
keperawatan dilakukan berdasar pada intervensi keperawatan dan sesuai respon
pasien/klien
E.
Evaluasi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan:
1.
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara
adekuat
2.
Nyeri pasien berkurang atau teratasi
3.
Asupan nutrisi adekuat
4.
Pasien mampu kembali beraktifitas
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kolitis Ulseratif adalah peyakit
ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan
rectum.(Keperawatan Medikal Bedah)
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price
& Lorraine M. Wilson, 2006)
Penatalaksanaan pada pasien dengan
kolitis ulseratif adalah dengan terapi farmakologis seperti sulfasalazin
(azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani
inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis.
Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan.
B.
Saran
Sebagai perawat kita harus mengetahui
gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif. Sehingga perawat tepat
dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kolitis ulseratif.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& Suddart. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn
betz & Linda sowden. 2007. Buku saku
keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.
Grace A.Pierce &
Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
Harrison.
2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC
Price,
Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Muttaqim, Arif & Kumala Sari. 2012. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Kakak saya alhamdulillah sudah sembuh dari penyakit ini... Kemaren berobat ke dr yusuf cuman di suruh diet jaga pola makan nya dan di beri obat saja oleh beliau alhamdulillah 3x resep sudah sembuh... Obat nya racikan sih... Ada banyak dan harga nya lumayan... Tapi demi mencari kesembuhan ya mau tidak mau, karna selama ini berobat ke rumah sakit gak ada hasil nya... Untung ada saudara yang nyarani untuk berobat dengan beliau. Jadi buat saudara yang lagi mencari kesembuhan coba hubungi dr yusuf nya...
BalasHapusIni No nya 0853-6167-5232
Kakak saya alhamdulillah sudah sembuh dari penyakit ini... Kemaren berobat ke dr yusuf cuman di suruh diet jaga pola makan nya dan di beri obat saja oleh beliau alhamdulillah 3x resep sudah sembuh... Obat nya racikan sih... Ada banyak dan harga nya lumayan... Tapi demi mencari kesembuhan ya mau tidak mau, karna selama ini berobat ke rumah sakit gak ada hasil nya... Untung ada saudara yang nyarani untuk berobat dengan beliau. Jadi buat saudara yang lagi mencari kesembuhan coba hubungi dr yusuf nya...
BalasHapusIni No nya 0853-6167-5232