GANGGUAN SISTEM KARDIO DAN HEMATOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM KARDIOVASKULER & HEMATOLOGI
"ANGINA PEKTORIS"
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Angina Pektoris merupakan kelompok penyakit jantung yang
terutama disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis
atau spasme koroner, atau kombinasi dari keduanya. Secara statistik, angka
kejadian Angina Pektoris di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di
negara berkembang maupun negara maju. Di Amerika misalnya, sekitar 500.000
orang meninggal akibat penyakit ini tiap tahunnya. Di Eropa, 40.000 dari 1 juta
orang juga menderita Angina Pektoris.
Di Indonesia, penyebab kematian
mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular. Secara
keseluruhan, jumlah kematian akibat Angina Pektoris di seluruh dunia adalah
sekitar 15 juta per tahun atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai
sebab.Manifestasi klinik Angina Pektoris yang klasik adalah Angina
Pektoris.
Angina Pektoris ialah suatu sindroma
klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas
karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70%
penyempitan arteri koronaria. Angina Pektoris dapat muncul sebagai Angina
Pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi
lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal
sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan
kematian. (American Heart Association (AHA))
Mengingat tingginya angka kematian
akibat Angina Pektoris, maka kami dari kelompok I tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai Angina Pektoris
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu Angina Pektoris ?
2. Apa
saja etiologi dari Angina Pektoris ?
3. Apa manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
4. Apa tanda dan gejala dari Angina Pektoris ?
5. Klasifikasi
Angina Pektoris ?
6. Bagaimana
patofisiologi sehingga menyebabkan Angina Pektoris ?
7. Apa
saja komplikasi yang menyertai Angina Pektoris ?
8. Bagaimana
penatalaksanaan Angina Pektoris ?
9. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan Angina Pektoris
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa/i
dapat mengetahui definisi Angina Pektoris
2. Mahasiswa/i
mengetahui etiologi Angina Pektoris
3. Mahasiswa/i
mengetahui manifestasi klinis Angina Pektoris
4. Mahasiswa/i
dapat mengetahui tanda maupun gejala dari Angina Pektoris
5. Mahasiswa/i
mampu mengklasifikasikan Angina Pektoris
6. Mahasiswa/i
mampu menjelaskan patofisiologi Angina Pektoris
7. Mahasiswa/i
mengetahui komplikasi dari Angina Pektoris
8. Mahasiswa/i
mengetahui penatalaksanaan dari Angina Pektoris
9. Mahasiswa/i
mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Angina Pektoris
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Angina pektoris adalah suatu
sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau perasaan tertekan di depan
dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke
jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen ke
jantung meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779)
Angina Pektoris adalah suatu sindrome kronis dimana
klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar
ke lengan kiri.. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya (Noer, Sjaifoellah, dkk. IPD, 1999 : 1082)
Angina
Pektoris adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam
darah retrosternum, (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
B. Etiologi

Etiologi dari penyakit gangguan sistem kardiovaskuler
berhubungan dengan gangguan sirkulasi koroner ataupun Angina Pektoris ini
adalah:
1. Ateriosklerosis
2. Spasme
arteri koroner
3. Anemia
berat
4. Artritis
5. Aorta
insufiensi
C.
Manifestasi
Klinis
Gejalanya
adalah sakit dada sentral atau restrosentral yang dapat menyebar ke salah satu
atau kedua tangan, leher atau punggung. Sakit sering timbul pada kegiatan fisik
maupun emosi atau dapat timbul spontan waktu istrahat.
Penderita
dengan angina pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik. Penderita
dengan angina pektoris stabil, pola sakit dadanya dapat dicetuskan kembali oleh
kegiatan dan leh faktor-faktor pencetus tertentu, dalam 30 hari terakhir tidak
ada perubahan dalam hal frekuensi , lama dan faktor-faktor pencetusnya (sakit
dada tidak lebih lama dari 15 menit). Pada angina pektoris tidak stabil,
umumnya terjadi perubahan-perubahan pola: Meningkatnya frekuensi, parahnya dan
atau lama sakitnya dan faktor pencetusnya. Sering termasuk disini sakit waktu
istrahat, pendeknya terjadi rescrendo ke arah perburukan gejala-gejalanya.
Subset ketiga adalah angina prinzmetal (variat) yang terjadi karena spasme
arteri koronaria.
Faktor
pencetus yang paling banyak menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi
yang berlebihan dan kadang-kadang sesudah makan. Semua keadaan ini meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard dengan meningkatkan baik denyut nadi maupun tekanan
darah sistemik. Hasil perkalian kedua parameter ini merupakan indeks dari
kebutuhan oksigen miokard.
D.
Tanda
dan Gejala
1. Nyeri
dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah
interskapula atau lengan kiri
2. Kualitas
nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, teras panas, kadang-kadang
hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort)
3. Durasi
nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit
4. Nyeri
hilang (berkurang) bila istrahat atau pemberian nitrogliserin
5. Gejala
penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines
6. Gambaran
EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik
7. Gambaran
EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan
E.
Klasifikasi
1. Angina
Pektoris Stabil
Awitan
secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktivitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard. Nyeri segera hilang dengan istrahat atau penghentian
aktifitas dan durasi nyeri 3-15 menit. Angina stabil dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Angina
noctural
Nyeri terjadi malam
hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini dapat dikurangi dengan duduk tegak
b. Angina
dekubitus
Angina yang terjadi
saat berbaring
c. Iskemia
tersamar
Terdapat bukti objektif
iskemia (seperti tes pada stres) tetapi pasien tidak menunjukan gejala
2. Angina
Pektoris Tidak Stabil
Durasi
serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil. [encetus dapat
terjadi pada keadaan istrahat atau pada tingkat aktifitas ringan. Kurang
responsif terhadap nitrat dan lebih sering ditemukan depresi segmen ST. Dapat
disebabkan oleh ruptur plak ateroskleresis, spasmus, trombus, atau trombosit
yang beragregasi.
3. Angina
Prinzmental (Angina Varian)
Sakit
dada atau nyeri timbul pada waktu istrahat, seringkali pagi hari. Nyeri
disebabkan karena spasmus pembuluh koronerateroskleresis. EKG menunjukan
evaluasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut dan dapat
terjadi aritma
F.
Patofisiologi
Mekanisme
timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal
yang bertanggungjawab atas perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja
suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Berkurangnya kadar
oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi
metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan perantaraan lintasan
glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme
aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb. Pembentukan fosfat
berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme
anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.
Kombinasi dari hipoksia,
berkurangnya jumlah energi yang tersedia serta asidosis menyebabkan gangguan
fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang
berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng.
Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal;
bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangya daya kontraksi dan
gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika. Respon hemodinamika dapat
berubah-ubah, sesuai dengan ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat
respon refleks kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina
pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia miokardium.
Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa sakit masih belum
jelas. Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik yang
tertimbun atau oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh sters
mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang abnormal. Jadi secara khas rasa
sakit digambarkan sebgai suatu tekanan substernal, kadang-kadang menyebar turun
kesisi medial lengan kiri. Tetapi banyak pasien tak pernah mengalami angina
yang pas; rasa sakit angina dapat menyerupai rasa sakit karena maldigesti atau
sakit gigi. Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan
miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang
dalam beberapa menit dengan istirahat atau nitrogliserin.
G.
Komplikasi
1. Aritmia
Supraventrikular
Takikardia sinus
merupakan aritmia yang paling umum dari tipe ini. Jika hal ini terjadi sekunder
akibat sebab lain, masalah primer sebaiknya diobati pertama. Namun, jika
takikardi sinus tampaknya disebabkan oleh stimulasi simpatik berlebihan,
seperti yang terlihat sebagai bagian darimsattus hiperdinamik, pengobatan
dengan penghambat beta yang relatif kerja singkat seperti propanolol yang
sebaiknya dipertimbangkan.
2. Gagal
Jantung
Beberapa derajat
kelainan sesaat fungsi ventrikel kiri terjadi pada lebih dari separuh pasien
dengan infark miokard. Tanda klinis yang paling umum adalah ronki paru dan
irama derap S3 dan S4. Kongesti paru juga sering terlibat pada foto thoraks
dada. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri dan tekanan arteri
pulomanalis merupakan temuan hemodinamik karakteristik, namun sebaiknya
diketahui bahwa temuan ini daat disebabkan oleh penurunan pemenuhan diastolik
ventrikel dan atau penurunan isi sekuncup dengan dilatasi jantung sekunder.
3. Sistole
Prematur Ventrikel
Depolarisasi prematur yang
jarang dan sporadik terjadi pada hampir semua pasien dengan infark dan tidak
memerlukan terapi. Sementara dulu, ekstrasistole ventrikel distolik yang
sering, multifokal atau dini secara rutin diobati, terapi farmakolgik sekarang
disediakan untuk pasien denga aritmia ventrikel yang lama atau
simptomatik.terapi aritmia profilaktik dengan tidak adanya takiaritmia
ventrikel yang penting secara klinis, dikontra indikasikan karena terapi
seperti itu dapat dengan jelas meningkatkan mortalitas selanjutnya.
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
medis angina pektoris adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan
untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah, tujuan ini
dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angioplasti koroner transluminal perkutan (PCTA=
percutaneus transluminal coronary angioplasty)
1. Farmakologi
a. Golongan
Nitrat
Nitrogliserin merupakan
obat pilihan utama pada serangan angina akut, mekanisme venanya sebagai
dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner, efeknya langsung terhadap
relaksasi otot polos vaskular. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi
exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
Nitrogliserin adalah
bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria sehingga
mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena terjadi pengumpulan darah
vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan
terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anter terjadi
pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang
kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat
juga melemaskan anteriol sistemik dan menyebabkan penurunan tekanan darah
(afterload). Semuanya itu berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen jantung.
Nitrogliserin biasanya
diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan
menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
b. Nitrat
dan Nitrit
Merupakan fasodilator
endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pektoris,
disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi
pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah
penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.
Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8-12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah:
amil nitrit, ISDN, isosorbidmononitrat, nitrogliserin
c. Penyekat
beta-adrenergik
Tujuan dari pemberian
penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian
aritmia ventrikel yang serius.
Obat ini merupakan
terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas,
tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat penyekat
beta antar lain: atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol.
d. Ca-antagonis
Dipakai pada pengobatan
jangka panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada beberapa bentuk angina,
cara kerjanya memperbaiki spasme koroner dengan cara menghambat tonus
vasometer.
Obat ini bekerja dengan
cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan
relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi fasodilatasi pada pembuluh
darah epikardial dan sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah
amlodipin,bepridil, diltiazem, felodipij, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
2. Nursing
Penatalaksanaan
nursing dapat dilihat dalam intervensi keperawatan. Akan tetapi, ada beberapa
cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara
lain, pasien harus berhenti merokok karena merokok mengakibatkan takikardi dan
naiknya tekanan darah sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas
dianjurkan untuk menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung.
Mengurangi stres untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
fasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontrasepsi
dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
I.
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian
pasien:
a.
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan,
perasaan tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja.
Tanda : Dispnea saat kerja.
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi,
kegemukan.
Tanda : Takikardia, distritmia, tekanan darah normal, meningkat
atau menurun, bunyi jantung mungkin normal, S4 lambat atau murmur sistolik
transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri.
c.
Makanan/Cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan,
diet tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman keras.
Tanda : Ikat pinggang sesak, distensi gaster.
d.
Integritas Ego
Gejala : Stressor kerja, keluarga, lain-lain.
Tanda : Ketakutan,mudah marah.
e.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar
ke rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan)
Kualitas : Ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar.
Durasi : Biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang
lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Faktor pencetus : Nyeri sehubungan dengan kerja fisik
atau emosi besar seperti marah, olahraga pada suhu ekstrem, atau mungkin tak
dapat diperkirakan dan atau terjadi selama istirahat.
Faktor penghilang : Nyeri mungkin responsif terhadap
mekanisme penghilang tertentu (contoh : istirahat, obat antiangina)
Nyeri dada baru atau terus menerus yang teah berubah
frekuensi, durasinya, karakter atau dapat diperkirakan (contoh : tidak stabil, bervariasi,
prinzmetal).
Tanda : Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan
pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, dan gelisah.
Respon otomatis contoh takikardi, perubahan TD.
f.
Pernafasan
Gejala : Dispnea saat kerja, riwayat merokok.
Tanda : Meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.
g.
Penyuluhan pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke,
diabetes. Kesalahan penggunanan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual
bebas.Pemakaian akohol teratur, obat narkotik contoh kokain, amfetamin.
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,8 hari.
Pertimbangan rencana pemulangan: perubahan pada penggunaan/terapi obat, bantuan/pemeliharaan tugas dengan rawat dirumah, perubahan pada
susunan fisik rumah.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
b.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
c.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan
iskemia otot jantung, berkurangnya curah jantung.
d.
Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan
ancaman terhadap status kesehatan.
e.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
Adapun
rencana keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan
pasien angina pektoris sebagai berikut
Diagnosa 1:
Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/
teratasi
Kriteria
hasil : Pasien
menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan episode angina
menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya
Intervensi
|
Rasional
|
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan
cepat bila terjadi nyeri dada.
|
Nyeri dan penurunan
curah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan
sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan
mengeluarkan trombokxane A2. Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon
vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
|
Identifikasi
terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan
lokasi nyeri.
|
Membantu
membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45
menit.
|
Evaluasi
laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada
sisi kiri.
|
Nyeri
jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi
oleh tingkat saraf spinal yang sama.
|
Letakkan
pasien pada istirahat total selama episode angina.
|
Menurunkan
kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau
nekrosis.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur bila pasien napas pendek
|
Memudahkan
pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
|
Pantau
kecepatan atau irama jantung
|
Pasien
angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup
secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
|
Pantau
tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina
|
TD dapat
meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun
bila curah jantung dipengaruhi.
|
Pertahankan
tenang , lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
|
Pertahankan
tenang , lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
|
Berikan
makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
|
Menurunkan
kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan
angina
|
Kolaborasi:
Berikan
antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual
Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
Pantau
perubahan seri EKG
|
Nitrigliserin
mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari
100 tahun.
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah iskemia.
Iskemia
selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian
dan inversi geombang T. Seri gambaran perubahan iskemia yang hilang bila
pasien bebas nyeri dan juga dasar yang membandingkan pola perubahan
selanjutnya.
|
Diagnosa 2: Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
Tujuan:
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina
dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi
pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung,
tekanan darah.
|
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas,
hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD
(hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung
|
Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung,
disorientasi.
|
Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan
sensorium.
|
Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi
|
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun,
membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya
kekuatan nadi perifer.
|
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman
selama episode akut
|
Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan
menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi
|
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau
melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi
|
Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.
|
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat,
catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi
antagonis kalsium, betabloker, dan nitras)
|
Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular. Obat dengan kandungan
inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium.
Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul pada curah
jantung.
|
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK
|
Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan oleh
iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi fungsi jantung emnjadi
dekompensasi.
|
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium,
contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia); verapamil(calan).
|
Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat
saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia
pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga
menurunkan TD dan kerja jantung.
|
Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol
(corgard); propanolol (inderal); esmolal (brebivbloc).
|
Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan
frekuensi jantung dan TD sistolik.
|
Diagnosa
3: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot
jantung, berkurangnya curah jantung
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologis
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan
yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas
dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
|
Instruksikan
pasien tentang teknik penghematan energi.
|
Teknik
menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
|
Diagnosa 4:
Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status
kesehatan.
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai
tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara
sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan
masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Jelaskan
tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
|
Menurunkan
cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis.
|
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah.
|
Perasaan
tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran
diri.
|
Dorong
keluarga dan teman untuk menganggap pasien sebelumnya.
|
Meyakinkan
pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
|
Kolaborasi
:
berikan sedative, tranquilizer sesuai
indikasi
|
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.
|
Diagnosa 5: Kurangnnya pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi
dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji ulang
patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina.
|
Pasien
dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat
dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark
miokard.
|
Dorong
untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina,
contoh: stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan
pada suhu lingkungan yang ekstrem
|
Dapat
menurunkan insiden /beratnya episode iskemik.
|
Kaji
pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan
olahraga.
|
Pengetahuan
faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan
kebutuhan.
|
Tunjukan/dorong
pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas
sederhana, hindari regangan.
|
Membiarkan
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk
menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang angina.
|
Diskusikan
langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan
aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
|
Menyiapkan
pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa
yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
|
Kaji ulang
obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
|
Angina
adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk
menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol
terjadinya serangan.
|
Tekankan
pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual
bebas.
|
Obat yang
dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
|
4. Implementasi
Implementasi
keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dan dilakukan
berdasarkan respon klien
5. Evaluasi
Setelah
dilakukan perawatan, diharapkan:
a.
nyeri pasien berkurang/ teratasi
b.
terjadi peningkatan curah jantung.
c.
pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan.
d.
diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat yang
dapat diatasi.
e.
diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina
pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen ke jantung meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779)
Mekanisme
timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner).
Pengobatan
untuk pasien-pasien dengan Angina Pektoris dapat dilakukan dengan cara
farmakologis seperti pemberian obat-obatan seperti amil
nitrit, ISDN, isosorbidmononitrat, nitrogliserin, atenolol, metoprolol,
propanolol, nadolol, amlodipin,bepridil, diltiazem, felodipin, dan lain-lain
serta non farmakologis seperti merubah gaya hidup seperti berhenti merokok dan
mengurangi berat badan bagi orang-orang dengan berat badan diatas normal
(obesitas)
B. Saran
Saran kami
untuk mencegah tingkat terjadinya Angina Peroktis ini adalah dengan merubah
gaya hidup kita menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, dan mengurangi
aktivitas berat anda karna dapat membuat kerja jantung meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. C, Suzanne,2002. Bounner
& Sularti. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Sjaifoellah, (1998). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ketiga
Jakarta. Balai Penerbit FKUI hal. 1082-1089
Tembayong, Jan. 2002. Patofisiologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Sylvia A. Price (1995) Patofisiologi, ; Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Buku I Jakarta EGC.http//www. Kalbe. Co.id/file/147_05 penyakit jantung koroner
Komentar
Posting Komentar