KEPERAWATAN MATERNITAS "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga terjadilah suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum, intrapartum maupun postpartum tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal ini merupakan jembatan kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga kesehatan. Ketidaksigapan tenaga kesehatan di indonesia inilah yang mengakibatkan angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya solusio plasenta 19%, laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%, plasenta akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999). Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai), prognosisnya akan fatal bagi penderita.
Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak nyata bahwa perdarahan serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu terjadinya perdarahan pada kehamilan digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu yang dapat memperparah perdarahan obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan obstetris yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak sesuai dengan standar prosedur.
Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan. Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali pusar disertai ruptur dan perdarahan dari pembuluh darah janin pada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu dapat teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan sedikit atau tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh robekan marginal plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan seperti ini tetap beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta previa tampaknya telah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta previa biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab itu, hal ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan antenatal sangat memungkinkan karena umumnya keadaan dengan plasenta previa munculnya perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanda disertai dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut dapat menyebabkan perdarahan semakin banyak.





B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu perdarahan antepartum ?
2.      Apa etiologi perdarahan antepartum ?
3.      Bagaimana patofisiologi perdarahan antepartum ?
4.      Bagaimana tanda dan gejala perdarahan antepartum ?
5.      Apa komplikasi perdarahan antepartum ?
6.      Bagaimana penatalaksanaan perdarahan antepartum ?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan anteparum ?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini secara khusus ditujukan kepada mahasiswa/i agar dapat mengetahui :
a.       Definisi perdarahan antepartum
b.      Etiologi perdarahan antepartum
c.       Patofisiologi perdarahan antepartum
d.      Tanda dan gejala perderahan antepartum
e.       Komplikasi perdarahan antepartum
f.       Penatalaksanaan perdarahan antepartum
g.      Asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan antepartum



BAB II
KONSEP MEDIS

A.    Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.
Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan

B.     Etiologi
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
1.      Bersumber dari kelainan plasenta
a.       Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
1)      Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi plasenta.
2)      Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
3)      Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1)      Endometrium yang kurang baik
2)      Chorion leave yang peresisten
3)      Korpus luteum yang berreaksi lambat


b.      Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klinik antara lain :
1)      Solusi plasenta ringan
a)      Tanpa rasa sakit
b)      Pendarahan kurang 500cc
c)      Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
d)     Fibrinogen diatas 250 mg %
2)      Solusi plasenta sedang
a)      Bagian janin masih teraba
b)      Perdarahan antara 500 – 1000 cc
c)      Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3)      Solusi plasenta berat
a)      Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
b)      Janin telah meninggal
c)      Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
d)     Terjadi gangguan pembekuan darah
2.      Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina (erosion, polip, varises yang pecah).

C.    Patofisiologi
1.      Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
2.      Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.

D.    Tanda dan Gejala
1.      Plasenta previa
a.       Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b.      Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
c.       Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala
d.      Perdarahan berwarna merah segar
e.       Letak janin abnormal
2.      Solusi plasenta
a.       Perdarahan disertai rasa sakit
b.      Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c.       Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d.      Abdomen menjadi tegang
e.       Perdarahan berwarna kehitaman
f.       Sakit perut terus menerus
g.      Perdarahan yang disertai nyeri.
h.      Anemi dan syok.
i.        Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.
j.        Palpasi sukar karena rahim keras.
k.      Fundus uteri makin lama makin naik.
l.        Bunyi jantung biasanya tidak ada.

E.     Komplikasi
1.      Plasenta previa
a.       Prolaps tali pusat
b.      Prolaps plasenta
c.       Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
d.       Robekan-robekan jalan lahir
e.       Perdarahan post partum
f.       Infeksi karena perdarahan yang banyak
g.      Bayi prematuritas atau kelahiran mati
2.      Solusio Plasenta
a.       Komplikasi LangsungPerdarahan
1)      Infeksi
2)      Emboli dan obstetrik syok
b.      Komplikasi tidak langsung
1)      Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post partum.
2)      Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post jartum.
3)      Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.



F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Plasenta previa
a.       Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal).
b.      Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin atau progesterone observasi teliti.
c.       Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari premature.
d.      Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas operasi dan tranfuse darah.
e.       Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
2.      Solusio plasenta
a.       Terapi konservatif
Prinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek.
Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
1)      Morphin suntikan subkutan.
2)      Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan pentazol.
3)      Tranfuse darah.
b.      Terapi aktif
Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
1)      Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
2)      Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks.
3)      Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun sampai hodge III-IV :
a)      Janin hidup            : lakukan ekstraksi vakum atau forceps
b)      Janin meninggal      : lakukan embriotomi
4)      Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
a)      Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
b)      Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, pembukaan masih kecil.
c)      Solusio plasenta dengan panggul sempit.
d)     Solusio plasenta dengan letak lintang.
5)      Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
a)      Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
b)      Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.
6)      Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan.
7)      Pada hipofibrinogenemia berikan :
a)      Darah segar beberapa botol
b)      Plasma darah
c)      Fibrinogen



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan adalah pengkajian, pada pasien dengan perdarahan antepartum dapad dilakukan pengkajian meliputi :
1.      Identitas umum
2.      Riwayat kesehatan, yang meliputi:
a.       Riwayat kesehatan dahulu:
1)      Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
2)      Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
3)      Kemungkinan pernah mengalami abortus
b.      Riwayat kesehatan sekarang
1)      Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
2)      Perdarahan tanpa rasa nyeri
3)      Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
1)      Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
2)      Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
3)      Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
4)      Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.
d.      Riwayat obstetri
Riwayat Haid:
Minarche                     : 12 th
Siklus                           : 28 hari
Lamanya                      : ± 7 hari
Baunya                        : amis
Keluhan pada haid      : tidak ada keluhan nyeri haid
e.       Riwayat kehamilan dan persalinan:
Multigravida, kemungkinan abortus, kemungkinan pernah melakukan curettage
f.       Riwayat nifas
Lochea Rubra, bagaimana baunya; amis, banyaknya 2 kali ganti duk besar, tentang laktasi, colostrum ada
3.      Pemeriksaan tanda-tanda vital
a.       Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
b.      Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
c.       Pernapasan, nafas stabil jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
d.      Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
b.      Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
c.       Mata biasanya konjugtiva anemis
d.      Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
e.       Abdomen:
1)      Inspeksi    :  terdapat strie gravidarum
2)      Palpasi
Leopoid I             : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Leopoid II                        :  Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III          : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV          : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
3)      Perkusi     : Reflek lutut +/+
4)      Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
f.       Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
g.      Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
5.      Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leukosit meningkat (Normal 5.000-10.000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
6.      Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3.      Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim
Tujuan: klien tidak mengalami perndarahan berulang
Intervensi
Rasional
Anjurkan klien untuk membatasi pergerakan.
Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan
Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).
Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau kemajuan keadaan klien
Kontrol perdarahan pervaginam
Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
Anjurkan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak.
Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
Monitor bunyi jantung janin.
Denyut jantung lebih >160 serta< 100 dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.
Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedres.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan komunikasi terapeutik.
Dengan melakukan komunikasi terapeutik diharapkan klien kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan.
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Dengan mendekatkan alat-alat ke sisi klien dengan mudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan.
Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

3.      Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta.
Tujuan : gawat janin tidak terjadi
Intervensi
Rasional
Istrahatkan klien
Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah.
Anjurkan klien agar miring ke kiri
Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung
Anjurkan klien untuk nafas dalam
Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin terpenuhi
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin meningkat
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroid
Kortikosteroid dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada janin

4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya
Jelaskan pada klien penyebab nyeri
Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien
Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka
Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri
Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara
Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa nyeri
Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang
Kontrol vital sign klien
Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya
Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik
Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang

D.    Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan aplikasi secara langsung berdasarkan intervensi yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi dari masalah prioritas.

E.     Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapakan :
1.       Klien tidak mengalami perndarahan berulang
2.      Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
3.       Gawat janin tidak terjadi
4.      Rasa nyaman terpenuhi



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus. Dan disebabkan oleh 2 kelainan yaitu plasenta previa dan solusi plasenta.

B.     Saran
Untuk ibu-ibu yang sedang mengandung jagalah kehamilan anda. Jangan sampai terjadi pendarahan. Dan untuk suami berilah perhatian dan kasih sayang lebih kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan rasa aman dan nyaman sera menghindari resiko terjadinya pendarahan.



DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar
Doenges E, Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Chamberlain, Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya Medika
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan
Esentia Medika
Heller, Luz 1991. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2002. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC
Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby. Philadelphia.
MC. Closky. T dan Bulaceck G. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby. Philadelphia.
Nanda (2000). Nursing Diagnosis : Prinsip dan Classification. 2001-2002. Philadelphia USA.
Prof Dr. Rustam Mochtar MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
www.google.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lobus Otak dan Fungsinya

GANGGUAN SISTEM KARDIO DAN HEMATOLOGI