KEPERAWATAN MATERNITAS "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konsepsi merupakan suatu proses
bertemunya ovum dengan sperma sehingga terjadilah suatu proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum, intrapartum maupun postpartum
tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal ini merupakan jembatan
kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang
terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga kesehatan.
Ketidaksigapan tenaga kesehatan di indonesia inilah yang mengakibatkan angka
kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian ibu paling
banyak disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya solusio plasenta 19%,
laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%,
plasenta akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4%
(Chicakli, 1999). Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan
transfusi darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya
(misalnya upaya pencegahan dan/atau mengatasi syok, seksio sesaria, atau
histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai), prognosisnya akan fatal bagi
penderita.
Perdarahan di sini dapat bersifat
antepartum atau selama kehamilan seperti pada plasenta previa dan solusio
plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan postpartum akibat
dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak nyata bahwa perdarahan
serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu
terjadinya perdarahan pada kehamilan digunakan untuk mengklasifikasikan secara
luas perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan
oleh beberapa kondisi ibu yang dapat memperparah perdarahan obstetris, selain
itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan obstetris yaitu kurang
memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak sesuai
dengan standar prosedur.
Secara khusus perdarahan antepartum
merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat diatas serviks sebelum melahirkan
merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan. Perdarahan dapat disebabkan
oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis servikalis yang
disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta
dari tempat implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun
sangat jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali
pusar disertai ruptur dan perdarahan dari pembuluh darah janin pada saaat
pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.
Sumber perdarahan uterus yang
berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu dapat teridentifikasi sejak
dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan sedikit atau tanpa
gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh robekan
marginal plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan
seperti ini tetap beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan
plasenta previa tampaknya telah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan
dengan plasenta previa biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, stelah
bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab itu, hal ini perlu
diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang membahayakan
ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan antenatal sangat memungkinkan karena
umumnya keadaan dengan plasenta previa munculnya perlahan diawali gejala dini
berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanda disertai dengan rasa
nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa trauma. Perempuan hamil
yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah
sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut dapat
menyebabkan perdarahan semakin banyak.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu perdarahan antepartum ?
2. Apa
etiologi perdarahan antepartum ?
3. Bagaimana
patofisiologi perdarahan antepartum ?
4. Bagaimana
tanda dan gejala perdarahan antepartum ?
5. Apa
komplikasi perdarahan antepartum ?
6. Bagaimana
penatalaksanaan perdarahan antepartum ?
7. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan anteparum ?
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
2. Tujuan
Khusus
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini secara khusus ditujukan kepada mahasiswa/i agar dapat
mengetahui :
a. Definisi
perdarahan antepartum
b. Etiologi
perdarahan antepartum
c. Patofisiologi
perdarahan antepartum
d. Tanda
dan gejala perderahan antepartum
e. Komplikasi
perdarahan antepartum
f. Penatalaksanaan
perdarahan antepartum
g. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan perdarahan antepartum
BAB
II
KONSEP
MEDIS
A.
Definisi
Perdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28
minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Menurut Wiknjosastro (2007),
perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa
kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.
Jadi dapat disimpulkan perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan
B. Etiologi
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
1.
Bersumber dari kelainan plasenta
a.
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
1)
Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus
ditutupi plasenta.
2)
Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium
tertutup oleh plasenta.
3)
Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan plasenta.
Plasenta
previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1)
Endometrium yang kurang baik
2)
Chorion leave yang peresisten
3)
Korpus luteum yang berreaksi lambat
b.
Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya
dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3
berdasarkan tingkat gejala klinik antara lain :
1)
Solusi plasenta ringan
a)
Tanpa rasa sakit
b)
Pendarahan kurang 500cc
c)
Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
d)
Fibrinogen diatas 250 mg %
2)
Solusi plasenta sedang
a)
Bagian janin
masih teraba
b)
Perdarahan
antara 500 – 1000 cc
c)
Plasenta
lepas kurang dari 1/3 bagian
3)
Solusi
plasenta berat
a)
Abdomen
nyeri-palpasi janin sukar
b)
Janin telah
meninggal
c)
Plasenta
lepas diatas 2/3 bagian
d)
Terjadi
gangguan pembekuan darah
2.
Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak
begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina (erosion, polip, varises
yang pecah).
C. Patofisiologi
1. Plasenta
previa
Seluruh plasenta biasanya terletak
pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat
pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta
previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan.
2. Solusi
plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada
pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua,
sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,
hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah
antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak
jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk
lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta terlepas dari dinding uterus.
D.
Tanda
dan Gejala
1. Plasenta
previa
a.
Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b.
Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
c.
Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga
menimbulkan gejala
d.
Perdarahan berwarna merah segar
e.
Letak janin abnormal
2. Solusi
plasenta
a.
Perdarahan disertai rasa sakit
b.
Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c.
Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d.
Abdomen menjadi tegang
e.
Perdarahan berwarna kehitaman
f.
Sakit perut terus menerus
g.
Perdarahan yang disertai nyeri.
h.
Anemi dan syok.
i.
Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.
j.
Palpasi sukar karena rahim keras.
k.
Fundus uteri makin lama makin naik.
l.
Bunyi jantung biasanya tidak ada.
E.
Komplikasi
1. Plasenta
previa
a.
Prolaps tali pusat
b.
Prolaps plasenta
c.
Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan
kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
d.
Robekan-robekan
jalan lahir
e.
Perdarahan post partum
f.
Infeksi karena perdarahan yang banyak
g.
Bayi prematuritas atau kelahiran mati
2.
Solusio Plasenta
a.
Komplikasi LangsungPerdarahan
1)
Infeksi
2)
Emboli dan obstetrik syok
b.
Komplikasi tidak langsung
1)
Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan
pendarahan post partum.
2)
Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post
jartum.
3)
Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan
uremia.
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Plasenta previa
a.
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari
show (perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan suatu
manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal).
b.
Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt
janin masih hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat
badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan istirahat. Berikan
obat-obatan spasmolitika, progestin atau progesterone observasi teliti.
c.
Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan
donor transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin
terhindar dari premature.
d.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang
disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas
operasi dan tranfuse darah.
e.
Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
2.
Solusio plasenta
a.
Terapi konservatif
Prinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan
partus berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra
uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri
yang robek.
Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
1)
Morphin suntikan subkutan.
2)
Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine,
cardizol, dan pentazol.
3)
Tranfuse darah.
b.
Terapi aktif
Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera
diahirkan dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
1)
Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian
oksitosin dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
2)
Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks
diikuti dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks.
3)
Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala
sudah turun sampai hodge III-IV :
a)
Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau
forceps
b)
Janin meninggal :
lakukan embriotomi
4)
Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
a)
Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
b)
Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan
agak banyak, pembukaan masih kecil.
c)
Solusio plasenta dengan panggul sempit.
d)
Solusio plasenta dengan letak lintang.
5)
Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
a)
Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia
kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
b)
Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak
baik.
6)
Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak
terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan.
7)
Pada hipofibrinogenemia berikan :
a)
Darah segar beberapa botol
b)
Plasma darah
c)
Fibrinogen
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Tahap
awal dari proses keperawatan adalah pengkajian, pada pasien dengan perdarahan
antepartum dapad dilakukan pengkajian meliputi :
1. Identitas
umum
2. Riwayat
kesehatan, yang meliputi:
a. Riwayat
kesehatan dahulu:
1)
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat
diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
2)
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM,
Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
3)
Kemungkinan pernah mengalami abortus
b.
Riwayat kesehatan sekarang
1)
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
2)
Perdarahan tanpa rasa nyeri
3)
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau
sejak kehamilan 20 minggu.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
1)
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
2)
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
3)
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
4)
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM,
Hemofilia dan penyakit menular.
d.
Riwayat obstetri
Riwayat Haid:
Minarche :
12 th
Siklus :
28 hari
Lamanya :
± 7 hari
Baunya :
amis
Keluhan pada haid :
tidak ada keluhan nyeri haid
e.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
Multigravida, kemungkinan abortus, kemungkinan pernah
melakukan curettage
f.
Riwayat nifas
Lochea Rubra, bagaimana baunya; amis, banyaknya 2 kali
ganti duk besar, tentang laktasi, colostrum ada
3.
Pemeriksaan tanda-tanda vital
a.
Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
b.
Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda
syok
c.
Pernapasan, nafas stabil jika kebutuhan akan oksigen
terpenuhi
d.
Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
4.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
b.
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka
kelihatan pucat.
c.
Mata biasanya konjugtiva anemis
d.
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis
pernapasan thoracoabdominal
e.
Abdomen:
1)
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
2)
Palpasi
Leopoid I : Janin sering
belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Leopoid II :
Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah
janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau
terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala
janin belum masuk pintu atas panggul
3)
Perkusi :
Reflek lutut +/+
4)
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat.
Normal 120.160
f.
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna
merah muda
g.
Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies.
Kemungkinan akral dingin.
5.
Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leukosit meningkat (Normal 5.000-10.000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
leukosit meningkat (Normal 5.000-10.000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
6.
Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual
Carpenito edisio :326)
3.
Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan
tidak ada kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127)
post seksio.
4.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
C.
Intervensi
Keperawatan
1.
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim
Tujuan: klien tidak mengalami perndarahan berulang
Intervensi
|
Rasional
|
Anjurkan
klien untuk membatasi pergerakan.
|
Pergerakan
yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi
perdarahan
|
Kontrol
tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).
|
Dengan
mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau
kemajuan keadaan klien
|
Kontrol
perdarahan pervaginam
|
Dengan
mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada
plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
|
Anjurkan
klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak.
|
Pelaporan
tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan segera
dalam mengatasi keadaan klien.
|
Monitor
bunyi jantung janin.
|
Denyut
jantung lebih >160 serta< 100 dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan
terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
|
Kolaborasi
dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.
|
Dengan
mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.
|
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedres.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi
|
Rasional
|
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien dengan menggunakan komunikasi terapeutik.
|
Dengan melakukan komunikasi terapeutik diharapkan
klien kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan.
|
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
|
Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi,
BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
|
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
|
Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang
karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan
|
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
|
Dengan mendekatkan alat-alat ke sisi klien dengan
mudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
|
Anjurkan
klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan.
|
Dengan
memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
|
3.
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya
perfusi darak ke plasenta.
Tujuan : gawat janin tidak terjadi
Intervensi
|
Rasional
|
Istrahatkan
klien
|
Melalui
istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah.
|
Anjurkan
klien agar miring ke kiri
|
Posisi
tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung
|
Anjurkan
klien untuk nafas dalam
|
Dengan
nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
|
Kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian oksigen
|
Dengan
pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin
meningkat
|
Kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian kortikosteroid
|
Kortikosteroid
dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada janin
|
4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme otot perut
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
|
Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan
oleh klien dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan
tindakan keperawatan selanjutnya
|
Jelaskan pada klien penyebab nyeri
|
Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan
klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien
|
Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan
peregangan luka
|
Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri
|
Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan
mengajak klien berbicara
|
Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien
tidak terpusatkan pada rasa nyeri
|
Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
|
Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan
oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang
|
Kontrol vital sign klien
|
Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat
diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan
selanjutnya
|
Kolaborasi
dengan dokter dalam memberikan analgetik
|
Analgetik
dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang
|
D.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi
keperawatan merupakan aplikasi secara langsung berdasarkan intervensi yang
telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi dari masalah
prioritas.
E.
Evaluasi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapakan :
1.
Klien tidak mengalami perndarahan berulang
2.
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
3.
Gawat janin tidak terjadi
4.
Rasa nyaman terpenuhi
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendarahan antepartum merupakan
pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28
awal partus. Dan disebabkan oleh 2 kelainan yaitu plasenta previa dan solusi
plasenta.
B.
Saran
Untuk
ibu-ibu yang sedang mengandung jagalah kehamilan anda. Jangan sampai terjadi
pendarahan. Dan untuk suami berilah perhatian dan kasih sayang lebih kepada
istri yang sedang hamil untuk memberikan rasa aman dan nyaman sera menghindari
resiko terjadinya pendarahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fakultas
Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi.
Bandung : Elstar
Doenges E,
Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
Prawiroharjo,
Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Chamberlain,
Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya
Medika
Manumba, Ida
Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
Jakarta : EGC
Oxorn,
Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan
Esentia Medika
Esentia Medika
Heller, Luz
1991. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. 2002. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC
Johnson. M.
Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby.
Philadelphia.
MC. Closky.
T dan Bulaceck G. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby.
Philadelphia.
Nanda
(2000). Nursing Diagnosis : Prinsip dan Classification. 2001-2002. Philadelphia
USA.
Prof Dr.
Rustam Mochtar MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
www.google.com
www.google.com
Komentar
Posting Komentar