Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Sistem Saraf di semester 3. Baru di post karna saya orang yang jarang buka blog sendiri :D. Btw semester ini (semester 4) sy akan coba sesering mungkin menshare tugas-tugas saya di blog ini, siapa tau bisa jadi referensi juga buat teman-teman sejawat/adik-adik yang lagi berjuang juga sama Askep :D. Okay daripada berlama-lama membuang waktu membaca tulisan saya ini, ini dia salah satu penyakit yang disebabkan karena rusaknya Sistem Saraf. Chek it out.....




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin banyak pula penemuan-penemuan yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaan serta ketidaktahuan manusia dalam fenomena alam serta kehidupan sehari-hari. Banyak penyakit-penyakit yang pada zaman dahulu dianggap wajar-wajar saja, akan tetapi berkat perkembangan ilmu pengetahuan manusia menjadi lebih tahu bahwa ternyata penyakit yang padazaman dahulu dianggap biasa dan wajar adalah bukan sesuatu yang biasa dan wajar lagi bahkan berbahaya untuk kehidupan si penderita
            Contohnya penyakit pikun (Dimensia) yang terjadi pada usia lanjut. Banyak manusia berpikir bahwa pikun merupakan biasa dan wajar pada usia lanjut. Akan tetapi berdasarkan survey mengatakan bahwa banyak orang berusia lanjut yang tidak pikun. Bahkan presentasi usia lanjut yang pikun dengan yang tidak lebih banyak orang yang tidak pikun dibanding dengan yang pikun.
            Penelitian lebih lanjut telah menjawab bahwa penyakit pikun pada usia lanjut yang parah adalah penyakit mematikan. Penyakit ini disebut Alzheimer. Nama penyakit Alzheimer ini jarang di dengar orang. Oleh karena itu, Kelompok memilih Alzheimer sebagai topik pembahasan dengan harapan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca  pada umumnya dan penyusun pada khususnya.



1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Alzheimer ?
2.      Bagaimana etiologi dari Alzheimer ?
3.      Bagaimana manifestasi klinis Alzheimer ?
4.      Apa saja pemeriksaan penunjang Alzheimer ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan Alzheimer ?
6.      Asuhan Keperawatan Alzheimer
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian Alzheimer
2.      Mengetahui etiologi Alzheimer
3.      Mengetahui manifestasi klinis Alzheimer
4.      Mengetahui pemeriksaan penunjang Alzheimer
5.      Mengetahui penatalaksanaan Alzheimer
6.      Mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit Alzheimer



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alzheimer
            Alzheimer merupakan penyakit kronik, profresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemamouan untuk merawat diri dan menimbukkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (Suddart, & Brunner)
            Alzheimer merupakan penyakit degeneratid yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk)
            Penyakit Alzheimer adalah suatuk kondisi dimana sel-sel saraf di otak mati, sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mempunyai masalah dengan ingatan, penilaian dan berpikir yang membuat sulit bagi penderita penyakit Alzheimer untuk bekerja atau mengambil bagian dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Etiologi
            Penyebab yang pasti belum diketahui. Akan tetapi usia dan riwayat keluarga adalah faktor resikoyang sudah terbukti. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
            Beberapa faktor lain yang menyebabkan Alzheimer antara lain:
1.      Faktor Genetik
2.      Faktor Infeksi
3.      Faktor Lingkungan
4.      Faktor Imunologis
5.      Faktor Trauma
6.      Faktor Neurotransmitter

2.3 Manifestasi Klinis
            Pada stadium awal Alzheimer, terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan ingatan ringan. Terdapat kesulitan ringan dalam aktivitas pekerjaan dan sosial. Depresi dapat terjadi saat ini. Pasien dapat kehilangan kemampuannya mengenali wajah, tempat, dan objek yang sudah dikenalnya. Pasien juga sering mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya. Kemampuan berbicara memburuk sampai pembentukan  suku kata yang tidak masuk akal, agitasi, dan peningkatan aktivitas fisik. Nafsu makan pun bertambah secara berlebihan. Terjadi pula disfagia dan inkontinensia. Pasien dapat menjadi progresif, curiga, paranoid, dan kasar (perubahan kepribadian)
1.      Gejala ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
a.       Lebih sering bingung dan melupakan informasiyang baru dipelajari
b.      Mengalami perubahan dalam kepribadiandan penilaian, misalnya mudah tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya, bahkan menuduh pasangannya selingkuh
c.       Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
d.      Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
2.      Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
a.       Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan dan mandi. Serta perubahan tingkah laku, misalnya sedih dan emosi
b.      Mengalami gangguan tidur dan sering keluyuran
c.       Kesulitan mengenali keluarga dan teman (pertama-tama yang akan untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari ingat nama tidak mengenali wajah sama sekali, kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui)
3.      Gejala berat
a.       Sulit atau kehilangan kemampuan berbicara
b.      Sangat tergantung pada caregiver (pengasuh)
c.       Perubahan perilaku: misalnya mudah curiga, depresi atau mudah mengamuk
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1.      CT Scan, MRI, EEG
2.      PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisme O2, glukosa didaerah serebral
3.      SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin
4.      Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE(Mini-Mental State Examination)
2.5 Penatalaksanaan
            Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Inhibitor kolinestrase
beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti menyatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer
2.      Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%)dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronalnpada nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisidibandingkan placebo selama periode yang sama
3.      Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna
4.      Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradregenik kortikal. Pemberian klonidin (Catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5.      Haloperidol
Pada penderita alzheimer, seringkali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari sealam 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan trycyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6.      Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrat endogen yang disintesa didalam mmitokondria dengan bantuan enzym ALC Transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.

2.6 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Alzheimer
1.      Pengkajian
a.       Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta perolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstermitas
b.      Riwayat penyakit saat ini
Pada anamnesa, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.
c.       Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti ansietas dalam jangka waktu yang lama. Dan riwayat sindrom down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada usia empat puluhan.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memiliki hubungan genetik yang jelas. Diperkirakan 10-30% klien alzheimer menunjukan tipe yang diwariskan da dinyatakan sebagai penyakit Alzheimer familiar (FAD). Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit
e.       Pengkajian psiko sosio spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif
f.       Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan pada B3 (Brain) dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan klien
1)      Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotenis, dan penurunan frekuensi pernapasan

a)      B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi, makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas
- Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas
- Palpasi, taktil premitus seimbang kanan dan kiri
- Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
- Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien inaktivitas
b)      B2 (Blood)
Hipotensi posturial berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom
c)      B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan status kognitif klien
                                                                                                        i.            Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungsn dengan penurunan status
                                                                                                      ii.            Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien
                                                                                                    iii.            Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I : biasanya pada klien dengan penyakit alzheimer  tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan
b. Sarf II : hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuia tingkat usia. Klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan
c. Saraf III, IV, VI : pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada nervus ini
d. Saraf V : wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal
f. Saraf VIII : adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilid dan penurunan aliran darah regional
g. Saraf IX dan X : didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif
h. Saraf XI : tidak ada atrofi ototn sternokleidomastoideus dan trapezius
i. Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal
                                                                                                    iv.            Sistem motorik
- Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik sevara umum
- Tonus otot didapatkan meningkat
- Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dam ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan
                                                                                                      v.            Pemeriksaan refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh
                                                                                                    vi.            Sistem sensorik
Sesuia berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensorik secara progresif. Penuruna sensorik yang ada perupakan hasil dari neuropati yang dihubungkan dengan disfunsi kognitif dan persepsi klien secara umum
d)     B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien alzheimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural
e)      B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktifitas umum, klien sering mengalami konstipasi
f)       B6 (Bone)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasidalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan persepsi sensori b.d defisit kognitif, gangguan sensori
b.      Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hiegiene) b.d perubahan proses pikir
c.       Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat dan perubahan proses pikir
d.      Gangguan komunikasi verbal b.d perubahan proses pikir
e.       Koping individu tidak efektif b.d perubahan proses pikir dan disfungsi karena perkembangna penyakit

3.      Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan persepsi sensori b.d defisit kognitif, gangguan sensori
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, terjadi peningkatan memori
Kriteria hasil : Pasien dapat menunjukkan kemampuan meningkatkan emori orientasi dan berkurangnya gelisah
Intervensi
Rasional
Perkenalkan namanya
Membantu mengingat hal oenting atau mendasar
Buat jadwal kegiatan
Pasien dapat mengingat kegiatan dan waktu
Pajang foto keluarga, teman, dan rumah
Mengingat diri dan keluarga
Lakukan latihan memori yang sederhana
Membantu meningkatkan memori pasien
Kaji orientasi pasien
Mengidentifikasi kemampuan orientasi pasien
Panggil pasien dengan namanya
Mengingat namanya sendiri

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hiegeiene) b.d perubahan proses pikir
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam terdapat peningkatan perilaku dalam pemenuhan perawatan
Kriteria hasil:
- Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
- Mengidentifikasi individu/keluarga yang dapat membantu


Intervensi
Rasional
Hindari aktifitas yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien
Ajarkan dan dukung klien sealam aktifitas
Dukungan pada klien selama aktifitas dapat meningkatkan perawatan diri
Gunakan pengaman disekeliling tempat tidur
Memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain serta mencegah klien mengalami trauma
Modifikasi lingkungan
Untuk mengkompensasi ketidakmampuan fungsi
Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan meningkatkan aktifitas
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi
Kolaborasi: Pemberian suppositoria dan pelumas fases atau pancahar
Pertolongan pertama terhadap fungsi bowell atau BAB

Diagnosa 3: Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake tidak adekuat dan perubahan proses pikir
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
- Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
- Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Intervensi
Rasional
Evaluasi kemmpuan makan klien
Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka, mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan
Observasi/timbang berat badan klien
Tanda kehilangan berat badan dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme
Kaji fungsi Gastrointestinal yang meliputi suara bisisng usus
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk makanan
Anjurkan pemberian cairan 2500 cc.hari selama tidak terjadi gangguan jantung
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah terajadinya konstipasi
Lanjutkan pemerikasaan laboratorium yang diindikasikan seperti serum, transferin, dan glukosa
Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien

Diagnosa 4: Gangguan komunikasi verbal b.d perubahan proses pikir
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam terjadi peningkatan dalam perilaku komuniaksi yang efektif
Kriteia hasil:
- Membuat teknik metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Alzheimer
Menentukan cara-cara komuniaksi seperti mempertahankan kontak mata
Memperthankan kontak mata akan membuat klien tertarik selama berkomunikasi
Buatlah catatan dikantor parawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara
Mengingatkan staf perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien memberikan informasi tentang keluarganya
Keluarga dapat merasakan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara
Kolaborasi dengan ahlinwicara bahasa
Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk petugas  kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi


Diagnosa 5: Koping individu tidak efektif b.d perubahan proses pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, koping menjadi efektif
Kriteria hasil:
- Mampu menyatakan komunikasi dengan orang terdekat tentang situasi yang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
Intervesi
Rasional
Kaji perubahan pola dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan
Dukung kemampuan koping
Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat
Mendukung penolakan terhadap perasaan negatif terhadap gambaran tubuh
Beri dukungn psikologis secara menyeluruh
Klien alzheimer sering merasakan malu, sehingga klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada adaya keinginan dan apatis

4.      Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan Intervensi

5.      Evaluasi Keperawatan
a.       Diharapkan klien terjadi peningkatan memori
b.      Diharapkan peningkatan perilaku dalam pemenuhan perawatan
c.       Diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
d.      Diharapkan peningkatan dalam perilaku komuniaksi yang efektif
e.       Diharapkan koping menjadi efektif



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Penyakit Alzheimer adalah suatuk kondisi dimana sel-sel saraf di otak mati, sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mempunyai masalah dengan ingatan, penilaian dan berpikir yang membuat sulit bagi penderita penyakit Alzheimer untuk bekerja atau mengambil bagian dalam kehidupan sehari-hari.
            Beberapa faktor lain yang menyebabkan Alzheimer antara lain:
1.      Faktor Genetik
2.      Faktor Infeksi
3.      Faktor Lingkungan
4.      Faktor Imunologis
5.      Faktor Trauma
6.      Faktor Neurotransmitter

3.2 Saran
            Untuk mencegah penyakit alzheimer ini, saran kami dari kelompok IV adalah eratkan hubungan antara satu anggota keluarga dengan anggota kekuarga lainnya serta memiliki mekanisme koping positif.



DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
North American Nursing Diagnosis Association NANDA NIC-NOC, edisi Revisi Jilid 1
http://yulianafransiskaa.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakit-alzheimer

Komentar

  1. Best Emperor Casino Bonus Codes | Shootercasino
    We will 바카라 사이트 try to show 인카지노 you our current Emperor Casino promotions, games and other promotions that you may enjoy playing in our casino. Learn more 제왕 카지노 about the Empire Casino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lobus Otak dan Fungsinya

GANGGUAN SISTEM KARDIO DAN HEMATOLOGI